Tuesday, May 31, 2011

Bersangka Baik

Jika engkau bertemu dengan seseorang,maka yakinilah bahawa dia lebih baik daripadamu. Ucapkan dalam hatimu,”Mungkin kedudukannya di sisi Allah jauh lebih baik dan mulia.”

Jika bertemu anak kecil, maka ucapkanlah (dalam hatimu) “Anak ini belum bermaksiat kepada Allah,sedangkan diriku telah banyak bermaksiat kepadaNya. Tentu anak ini jauh lebih baik daripadaku.”

Jika bertemu orang tua, maka ucapkanlah (dalam hatimu) “Dia telah beribadah kepada Allah jauh lebih lama daripadaku, tentu dia lebih baik daripadaku.”

Jika bertemu dengan orang yang berilmu, maka ucapkanlah (dalam hatimu) “Orang ini memperoleh kurnia yang tidak akan kuperoleh, mencapai kedudukan yang tidak akan kucapai, mengetahui apa yang tidak kuketahui dan dia mengamalkan ilmunya. Tentu dia lebih baik daripadaku.”

Jika bertemu dengan seorang yang jahil, maka katakanlah (dalam hatimu) “Orang ini bermaksiat kepada Allah kerana dia jahil (tidak tahu) sedangkan aku bermaksiat kepadaNya padahal aku mengetahui akibatnya. Aku tidak tahu bagaimana akhir umurku dan umurnya kelak. Dia tentu lebih baik daripadaku.”

Jika bertemu dengan orang kafir, maka katakanlah (dalam hatimu) “Aku tidak tahu bagaimana keadaannya kelak, mungkin pada akhir usia dia, memeluk Islam dan beramal soleh, dan mungkin boleh jadi pada akhir usiaku kufur dan berbuat buruk.

[Syeikh Abdul Kadir Al-Jailani ]

Saturday, May 14, 2011

Mengenai Haid

Haidh dari sudut bahasa ialah mengalir (السَّيْلاَن)

Dari sudut istilah

دَمُ جِبْلَةِ يَخْرُجُ مِنْ أَقْصَى رَحِمِ الْمَرْأَةِ فِي حَالِ الصِّحَّةِ فِي أَوْقَاتِ مَخْصُوصَةِ

Ertinya : darah perangai yang keluar dari bahagian atas rahim perempuan pada ketika sihat badan pada waktu-waktu yang tertentu

Darah yang keluar dari kemaluan kaum wanita terbahagi tiga

1. Darah haidh: Darah yang keluar daripada perempuan pada waktu sihat

2. Darah nifas: Darah yang keluar selepas bersalin

3. Darah istihadhah / penyakit: Darah yang keluar bukan pada masa haidh dan nifas.

Dalil haidh firman الله al-Baqarah ayat 222

Dalil darah Haidh

Maksudnya: Dan mereka itu bertanya kepada engkau ya Muhammad tentang haidh, katakanlah kepada mereka ia adalah darah yang cemar maka tinggalkanlah bersetubuh dengan segala perempuan yang berhaidh dan jangan kamu hampiri mereka itu dengan setubuh sehinga suci mereka itu daripadanya, setelah suci mereka itu maka datangilah mereka itu kerana jimak pada tempat yang menyuruh الله sesesunguhnya الله mengasihi orang yang banyak bertaubat

Dan sabda nabi (ألنبي صلى الله عليه وسلم)
هَذَا شَيْءٌ كَتَبَهُ اللهُ عَلَى بَنَاتِ آدَمَ

Maksudnya: Ini (haidh) suatu yang telah الله tetapkan ke atas anak adam yang perempuan 


Hukum mempelajari tentang haidh

Menjadi kewajipan ke atas wanita islam mengetahui hukum berkenaan dengan haidh dan mengenal warna darah haidh. Seorang wanita wajib keluar untuk mempelajari hukum-hukum haidh, nifas dan istihadah apabila suaminya tidak mampu menerangkan permasalahannya. Dan haram atas suami menegah isterinya daripada keluar melainkan ia dapat memberi jawapan apabila ditanya. Pada ketika itu si isteri tidak boleh keluar tampa keizinan daripada suaminya.


Warna darah haidh
Mengikut ulama-ulama mazhab Syafie terdapat lima warna darah haidh

1. Hitam

2. Merah

3. Warna antara keemasan dan merah (perang)

4. Kuning

5. Keruh iaitu antara warna kuning dan putih


Warna kuning dan keruh

Darah berwarna kuning dan keruh yang keluar bukan pada waktu haidh tidak diangap haidh. Bersalahan jika ia keluar pada waktu haidh maka ia dikira sebagai haidh. Ini merupakan pendapat yang sohih didalam mazhab Syafie.


Sumber di sini

Saturday, May 7, 2011

Hal-hal yang Mengharuskan Sujud Sahwi dalam Solat

  1.  Jika ada kelupaan dalam shalat, misalnya menambah ruku, sujud, berdiri, atau duduk, maka hendaklah ia mengucapkan salam kemudian lakukan sujud sahwi dua kali kemudian salam lagi. Misalnya seseorang melakukam shalat Dhuhur, lalu pada waktu rakaat keempat dia lupa tidak mengakhirinya, melainkan berdiri kembali ( untuk rakaat kelima ) lalu dia ingat atau diingatkan, maka ia harus kembali tanpa takbir, duduk dan membaca tahiyat akhir, salam, kemudian sujud dua kali (sujud sahwi) dan salam lagi. Bila kealpaan menambah rakaat itu diketahuinya setelah selesai shalat, maka segera lakukan sujud sahwi dan salam.

  2. Jika shalat belum sempurna, ia sudah salam ( karena lupa ) maka setelah ingat atau diingatkan dalam tempo yang singkat, ia wajib menyempurnakan sisa shalatnya, kemudian salam, sujud dua kali dan salam lagi, misalnya, apabila seseorang shalat dhuhur, lalu lupa dan salam pada rekaat yang ketiga, kemudian ingat atau diingatkan, maka dia harus mengerjakan rakaat yang keempat dan salam, kemudian sujud dua kali dan salam lagi. Jika ingatnya setelah tempo yang lama, maka ia harus mengulangi shalat dari awal.

  3. Jika meninggalkan tahiyat awal atau kewajiban shalat lainnya karena lupa, maka lakukanlah sujud sahwi sebelum salam, jika ingatnya setelah salam sebelum meninggalkan tempat shalat maka langsunglah ia
    mengerjakannya. Namun jika kealpaannya itu disadarinya setelah meninggalkan tempat shalat tetapi belum sampai melakukan perbuatan lain, maka ia harus kembali mengulanginya.

    Misal, apabila ada seseorang lupa melakukan tahiyat awal,dan ia langsung berdiri untuk melakukan rakaat ketiga hingga sempurna berdiri, maka dia tidak harus mengulanginya (tahiyat awal ) hanya saja ia harus sujud sahwi sebelum salam. Dan apabila pada waktu duduk untuk tahayat kemudian lupa membaca tahiyat itu, tetapi sebelum berdiri ia ingat akan kealpaannya itu maka ia harus membaca tahiyat itu dan menyempurnakan shalat. Demikian juga apabila ia sudah berdiri sebelum duduk untuk tahiyat, lalu ia ingat akan kealpaannya itu sebelum sempurna berdiri, maka ia harus kembali duduk untuk membaca tahiyat dan menyempurnakan shalat. Namun sebagian ulama berpendapat harus dilakukan sujud sahwi, karena berdiri merupakan tambahan dalam shalat. Wallahu a’lam.

  4. Apabila dalam shalat ia ragu, apakah di dalam mengerjakan shalat sudah dua rakaat atau tiga rakaat, dan dia sama sekali tidak memiliki keyakinan, maka pilihlah rakaat yang minimal ( dua rakaat ) kemudian lakukan sujud sahwi sebelum salam.

    Misalnya, apabila seseorang shalat Dhuhur, lalu pada rekaat kedua benar-benar ragu, apakah rakaat ini yang kedua atau ketiga. Dalam hal ini dia harus menjadikan rakaat itu sebagai rakaat kedua, selanjutnya ia menyempurnakan shalat dan melakukan sujud sahwi sebelum salam.

  5. Apabila seseorang dalam shalatnya ragu, apakah sudah rakaat kedua atau ketiga, tetapi dia memiliki keyakinan kuat pada rakaatnya yang ketiga, maka ia harus bersandar pada keyakinannya itu, dan selanjutnya ia melakukan sujud sahwi dua kali setelah salam, kemudian salam kembali.

    Misalnya, apabila seseorang shalat Dhuhur, lalu ragu-ragu pada rakaat
    yang kedua, apakah rakaat ini yang kedua atau ketiga, tetapi keyakinan
    hatinya lebih kuat mengatakan bahwa rakaat itu adalah yang ketiga, maka ia harus menjadikannya sebagai sandaran, selanjutnya ia menyempurnakan shalat, dan salam, kemudian sujud sahwi dan salam lagi. Apabila rugu-ragunya setelah selesai shalat, maka ia tidak boleh menimbang-nimbang keraguannya itu, kecuali apabila dia memang yakin bahwa dia telah lupa. Tapi apabila orang itu memang sering ragu, maka ia tidak boleh menoleh pada keraguannya, karena itu adalah waswas. Wallahu a’lam.

Dipetik dari : Tuntutan Thaharah dan Solat
Ditulis : Syeikh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz & Muhammad Bin Soleh Al-‘Utsaimin